Syi’ah lebih merupakan aliran politik di kalangan umat Islam. Mereka meyakini bahwa khalifah Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad mestinya Ali bin Abu Thalib, bukan Abu Bakar lalu Umar dan Utsman.
Kaum Syi’ah sangat mengagumi Ali, menganggapnya sebagai sahabat paling istimewa, dan percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad (berarti wahyu dari Allah) untuk menjadi khalifah atau penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad.
Secara bahasa, Syi’ah artinya ”mengikuti”, ”pembela”, dan ”pengikut” seseorang. Dalam Rapat Kerja Nasional tahun 1984, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merekomendasikan tentang Syi’ ah sebagai berikut:
- Syi’ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait (keluarga Nabi)
- Syi’ah memandang “Imam” itu ma’sum (orang suci)
- Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”
- Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan atau pemerintahan (imamah) termasuk rukun agama.